Wanita berumur sekitar 35 thn-an itu
sangat cantik. Wajahnya bulat telur, matanya tidak terlalu lebar, bahkan agak
sipit, tipikal wanita keturunan Chinese (maaf, aku sama sekali tdk bermaksud
rasialis, penggunaan istilah ini hanya untuk menggambarkan ciri fisiknya).
Hidungnya mungil agak mancung sungguh serasi dgn bentuk wajahnya. Bibirnya yang
sangat sangat tipis dan dibalut dgn lipstik lembut warna merah muda menambah
keayuan dan kesegaran parasnya.
Rambutnya lembut tergerai lurus seleher. Ada sedikit sapuan warna pirang
sekalipun tidak terlalu kentara. Sepasang kacamata hitam bertengger dgn
serasinya di atas dahi mungilnya, menyisakan sedikit juntaian rambut pada
poninya.
Tubuhnya yg mungil itu terbalut blus tanpa lengan warna
biru cerah dgn motif kembang² warna putih. Model kerah yg lebar dan belahan
dada yg agak rendah memperlihatkan lehernya yg jenjang dgn kulit yg begitu
putih mulus. Seuntai kalung emas tipis dengan liontin berbentuk bulat
melingkari lehernya seakan mempertegas kejenjangan lehernya.
Dia mengenakan bawahan rok agak mini berwarna putih polos,
sangat padu dgn blus yg dipakainya. Potongan tepi rok yg pendek dan agak ketat
tak mampu menjalankan tugasnya menutupi paha mulus itu. Apalagi dia duduk dgn
kaki kiri bersilang diatas kaki kanannya. Wow … sungguh pemandangan yg teramat
indah untuk aku lewatkan begitu saja.
Aku terus menikmati keindahan yg terpampang tak sampai 10
meter dari tempatku duduk di food court sebuah mall di kota M siang hari itu.
Wanita itu tampak sedang ber-cakap², dan sesekali tertawa renyah yg
memperlihatkan deretan gigi putih yg sangat rapi, dgn lawan bicaranya, seorang
wanita berkaus merah yg duduk membelakangi aku dan agak terhalang oleh
pengunjung lain. Aku sama sekali tdk bisa mendengar suara mereka krn jarak yg
agak jauh dan alunan musik dari PA di mall itu yg agak keras.
Tak tahu untuk berapa lama aku menelanjangi tubuh molek
wanita itu dalam pikiranku tanpa dia sadari. Kemudian wanita itu dgn temannya
bangkit berdiri dan berjalan ke arah mejaku. Saat itu aku baru bisa melihat dgn
jelas sosok kawannya yg berkaus merah itu. Aku betul² terperanjat, wajahnya
bagitu tak asing buat aku. Apakah betul dia Alina, bekas tetanggaku di kota S
dulu?
Belum sempat aku sadar dari keterkejutanku, si wanita kaus
merah rupanya juga sama kagetnya dgn aku. Dia agak tajam menatapku dan sekilas
kemudian dia agak tersenyum dgn ragu. Dgn agak bimbang dia melangkah ke mejaku
dan berkata:
“Mas Ben ya?.”
Seluruh keraguanku seketika sirna. Dia adalah Alina!
Sambil bangkit berdiri aku menyapanya, “Lina ya? Wah nggak
nyangka Lin bisa ketemu disini. Gimana kabarnya?”
Kami saling berjabat tangan, dan saat itu aku punya
kesempatan lebih memperhatikan Lina. Dia sama sekali tdk banyak berubah dari
saat terakhir kali kita ketemu tujuh thn yg lalu. Wajahnya masih ayu tanpa
terlihat tanda² penuaan sedikitpun. Badannya masih sesexy dulu, apalagi dibalut
kaus merah yg ketat dan celana jeans yg tak kalah ketatnya. Kalau pun ada yg
berubah adalah rambutnya yg sekarang dibiarkan tergerai lebih panjang sampai di
bawah bahu, serta pandangan matanya yg tampak lebih dewasa dan matang.
Kami masih berdiri sambil kedua tangan kami masih saling
menjabat. Kemudian rupanya Lina sadar akan kehadiran si wanita temannya. Sambil
menengok ke arahnya dia berkata,
“Eh Mas Ben .. kenalin ini Mei Ling, sahabat Lina.”
Sambil menjabat tangannya yg mulus dgn lembut, aku berkata,
“Benny.”
Dia pun membalas jabatan tanganku dan dari mulutnya yg
mungil meluncur suara agak serak yg terdengar begitu sexy di telingaku, “Mei
Ling.”
Pada kesempatan itu aku bisa memperhatikan wajah ayunya
dari dekat dan ternyata dia sungguh cantik, kulitnya begitu putih mulus dan
halus. Mungkin aku agak terlalu lama menjabat tangan halusnya sehingga dia agak
menarik tangannnya. aku segera sadar dan melepaskan jabat tanganku.
Kami bertiga segera duduk di mejaku. Aku dan Lina saling
menanyakan kabar masing². Kami terlibat obrolan yg agak seru, maklum sdh lbh
dari 7 thn kami tdk saling berhubungan. Beberapa saat kami melupakan kehadiran
Mei Ling, tapi kemudian Mei Ling mulai ikut ngobrol. Ternyata dia orangnya
cukup ramah dan gampang akrab.
Kami kembali mengobrol mungkin selama 30 menit sambil
memesan minuman dingin. Akhirnya aku jadi ingat ada janji dgn rekan bisnisku.
Aku memang ke kota M untuk tugas kantor. Dgn sangat terpaksa aku kemudian
berkata bahwa aku hrs ada urusan jadi tdk bisa ngobrol lbh lama lagi.
Kami lalu meninggalkan food court itu ber-sama². Mei Ling
dan Lina berkeras hendak mengantar aku ke kantor rekan bisnisku itu. Kami
bertiga kemudian naik mobil Mei Ling yg ternyata sebuah sedan mewah keluaran
terbaru. Mei Ling memegang kemudi dan Lina duduk di depan. Aku duduk di jok
belakang. Di mobil kami melanjutkan obrolan. Aku dan Lina sempat saling
bertukar nomor HP.
Perjalanan itu memang tdk lama krn jaraknya tdk terlalu
jauh. Sesampainya di tujuanku, aku mengucap terima kasih ke Mei Ling sambil
menjabat tangannya. Kemudian tiba² Lina menoleh ke belakang dan tanpa basa-basi
mendaratkan ciuman lembut ke pipi kiriku sambil berkata,
“Ntar sore Lina telpon ya Mas, Lina masih pengin ngobrol
ama Mas Ben.”
“Boleh Lin, abis jam 5 ya. Aku pasti udah balik ke hotel.”
Aku segera turun dari mobil Mei Ling dan masuk kantor rekan
bisnisku unt merampungkan urusanku. Kira² jam 4 aku selesai acara bisnisku dan
dgn taxi aku kembali ke hotel tempatku menginap.
Baru saja aku selesai mandi dan sedang santai menonton TV
di kamar hotelku ketika HP ku berdering nyaring. Lina menelponku sesuai
janjinya. Tak lama kami bertelpon krn Lina akan segera meluncur ke hotelku.
Tak sampai sejam kemudian, Lina telah berada dalam
pelukanku. Kami saling melampiaskan rasa rindu kami dgn penuh gelora asmara.
Aku rasakan Lina sekarang jauh lbh ahli dalam permainan cinta dibanding dulu.
Sejak peristiwa Jum’at malam itu, aku pernah bercinta 2 kali lagi dgn Lina
sebelum aku boyongan ke ibukota. Setelah itu aku sama sekali tdk tahu kabar ttg
Lina dan suaminya, Pras.
Dari pembicaraan di-sela² pelampiasan rindu kami,
aku jadi tahu bahwa Lina telah bercerai dgn Pras 2 thn lalu setelah berumah
tangga selama 7 thn. Ternyata Pras, diluar tahu Lina, telah menikah lagi dan
punya seorang anak dari wanita itu, alasannya krn Lina tdk bisa memberikan
keturunan. Ketika Lina tahu dia langsung menuntut cerai, dan sejak itu Lina
pindah ke kota M, membantu tantenya yg punya bisnis catering yg cukup maju.
“Kamu masih muda dan cantik Lin, apa nggak pengin menikah
lagi?”
“Kayaknya saat ini nggak ada niat kesana Mas. Lina masih trauma ama yg dulu.
Kalau hanya selingkuh mungkin Lina masih bisa mengerti, tapi kimpoi lagi …?
Hmmm .. sakit sekali rasanya Mas. Dan Lina cukup happy kok dgn kehidupan Lina
yg sekarang.”
“Terus untuk urusan sex gimana dong Lin? Apa Lina nggak pengin yg itu juga?”
Lina agak tercenung sejenak mendengar pertanyaanku ini. Tapi
kemudian dia menjawab dgn mantap,
“Lina melampiaskannya dgn seorang teman Lina, Mas. Jangan
kaget ya Mas …. Lina melakukannya dgn Mei Ling.”
Meskipun Lina sdh menyuruhku untuk tidak kaget, tapi apa yg
keluar dari mulut Lina sungguh membuatku terkejut tak alang kepalang. Aku tak
bisa berkata apa². Rupanya Lina melihat raut keterkejutan di wajahku,
buru² dia menimpali,
“Jangan salah sangka Mas, kami bukan lesbi, kami berdua
masih normal kok … kami tdk punya perasaan apa² kecuali persahabatan.
Kami melakukannya hanya unt pelampiasan saja. Menurut kami itu jalan yg paling
aman dan sehat ketimbang bermain dgn lelaki sembarangan.”
Aku masih belum bisa mengusir rasa kagetku.
“Kebetulan nasib Mei Ling tdk banyak berbeda dgn Lina, Mas.
Dia malah sdh 2 kali kimpoi cerai. Yg pertama krn bekas suaminya suka minum dan
judi dan sering main kasar. Yg kedua krn suaminya selingkuh dgn cewek lain,
nggak sampai menikah seperti Mas Pras sih, tapi Mei Ling tetap terpukul. Dia
sudah jera menikah lagi Mas. Kebetulan papanya Mei Ling orang kaya, jadi Mei
Ling nggak butuh duit dari seorang suami kayaknya.”
Aku segera mengganti pembicaraaan dan tak lama kemudian
kami kembali bercinta. Kami terus menguras birahi kami sampai lewat tengah
malam. Akhirnya kami berdua tertidur dgn penuh kepuasan. Paginya kami masih
sempat memadu kasih sekali lagi sebelum Lina pulang ke rumahnya dan aku kembali
menyelesaikan urusan kantorku.
Sore itu aku pulang ke Jkt dgn flight jam 4 tanpa sempat
bertemu dgn Lina lagi. Kami hanya saling mengucapkan perpisahan lewat HP dgn
janji bahwa kalau aku ke kota M lagi aku akan menghubungi Lina.
Aku memang termasuk sering tugas ke M, paling tidak 2-3
bulan sekali aku harus kesana. Dan selama aku tdk kesana, Lina kadang
menghubungi aku lewat telepon atau SMS. Dan demikian juga aku, kalau pas tdk
terlalu sibuk, aku pasti sempatkan mengontak Lina via HP nya.
Tak terasa hampir 3 bln berlalu, dan minggu depan aku
ditugaskan boss ku ke kota M lagi. Aku segera mengabarkan berita gembira ini ke
Lina dgn SMS. Dia segera menjawab kalau dia sdh sangat merindukanku. Aku balas
kalau aku juga merindukan pelukannya dan aku akan berangkat Rabu pagi.
Besoknya ketika aku sedang makan siang di kantin sendirian,
HP ku berdering. Aku lihat Lina yg menelpon.
“Hallo Lin”
“Hallo Mas Ben … Mas jadi kesini kan hari Rabu?”
“Jadi dong .. udah booking tiket malah. Napa Lin?”
“Nggak papa Mas … eh Mas, Lina mau nanya .. Mas jgn marah ya…”
“Nanya apa sih?”
“Mas Ben inget nggak waktu dulu aku pernah ngomong pengin main bertiga ama Mas
ama Winda .. ?”
“Iya sih Lin … tapi kan nggak kesampaian, Winda pasti ngamuk deh ..
bisa² aku dicerai.”
“Mas … gimana kalau Winda di gantikan ama Mei Ling?”
Siang itu cuaca terang benderang, tak ada hujan tak ada
petir. Tapi jantungku hampir copot krn terkejut mendengar perkataan Lina. Aku
masih tak percaya dgn telingaku dan masih terbungkam beberapa saat.
“Gimana Mas? …. mau nggak? … kok diam sih … Mas Ben marah
ya?”
“Eh .. Uh …. nggak … nggak marah kok Lin … kaget aja … eh .. aku mau aja sih ..
tapi .. eh … apa Mei Ling mau?”
Aku jadi ter-bata² kehilangan kata²,
“Lho justru dia yg ngusulin kok Mas … ini dia di sebelahku
manggut². Mas omong deh ama dia …”
Belum sempat aku berkata apa², kemudian ada suara
serak² merdu yg menyapaku,
“Hallo Mas Benny .. ini Mei Ling … masih ingat nggak?”
“Buset dah .. mana bisa aku lupa ama wajah cantikmu,”
kataku dlm hati.
“Hai Mei Ling .. pa kabar ni? Makasih lho waktu itu aku
dianterin.”
“Ah .. nggak papa Mas .. aku sekalian pulang kok. Mas .. aku pengin ketemu Mas
Benny lagi, bolehkan?”
Menghadapi todongan wanita cantik seperti Mei Ling, aku
mana bisa berkata tidak.
“Boleh aja Ling … Rabu depan aku ke M, kita bisa ketemuan
bareng Lina.”
“Iya Mas .. tapi Mas jangan nginap di hotel yg dulu itu … banyak temen papa yg
sering nginap disitu, nggak enak kalau sampai kepergok .. nanti deh aku yg
pesenin hotelnya .. Lina yg akan kasih kabar.”
“O .. nggak masalah Ling .., mau tidur dimana juga boleh .. asal Mei Ling yg
nemenin ..”
“Nah tuh kan … mulai keluar genitnya … ok aku tunggu ya Mas … ini Lina mau
ngomong lagi.”
“Gimana Mas? … maukan ama Lina ama Mei Ling?”
“Mau dong Lin.”
“Tapi Mas … bisa nggak berangkatnya Selasa sore aja … soalnya Rabu Lina diajak
tante keluar kota 3 hari … kalau Mas datengnya Rabu nggak jadi dong rencana
kita. Gimana Mas?”
Aku sudah membayangkan nikmatnya seranjang dgn 2 wanita
cantik itu, maka dgn mantap aku bilang,
“OK deh Lin, ntar aku rubah bookingan tiketku. Kepastiannya
aku kabari sore ini ya.”
“Jangan sampe nggak bisa dong Mas .. ya? … Ok deh Lina tunggu kabar dari Mas.
Bye Mas Benny … muuaaachhh!”
“Bye Lin … tunggu kabarku ya.”
Aku masih tak percaya akan keberuntunganku ini. Makan
siangku jadi terasa semakin enak. Selesai makan aku segera balik ke ruanganku
dan menelpon travel biroku untuk jadwal ulang flightku. Untung saat itu bukan
peak season jadi dgn gampang aku merubah jadwal. Sore itu aku segera SMS ke
Lina kalau aku sdh rubah flightku menjadi Selasa sore jam 4.30 dari Jakarta.
Waktu itu masih hari Kamis, menunggu hari Selasa rasanya
lama banget. Aku jadi seperti kembali menjadi anak kecil yg tak sabar menunggu
datangnya hari Lebaran. Setelah seabad menunggu akhirnya hari Selasa datang
juga. Sejak hari Minggu aku sudah bilang ke Winda kalau aku hrs berangkat
Selasa sore krn malamnya ada business dinner dgn rekanan di M. Seperti biasanya
Winda tak menaruh curiga apapun.
Selasa pagi Lina SMS memberitahukan nama hotel dan nomor
kamar yg sdh dipesan oleh Mei Ling. Dia berpesan aku langsung aja ke hotel tsb,
mereka tdk bisa jemput aku di airport krn Mei Ling masih ada urusan sampai
sore. Selasa petang pesawatku mendarat dgn mulus di airport M. Segera setelah
turun dari pesawat HP aku hidupkan dan telah ada pesan SMS yg menanti. Dari
Lina, isinya menanyakan apa aku sdh mendarat. Aku segera telpon Lina, aku
bilang baru mau naik taxi ke hotel. Lina bilang kalau mereka juga sedang
diperjalanan.
Hotel itu ternyata tak terlalu jauh dari airport. Tak
sampai 30 menit taxiku sdh memasuki pelataran hotel. Ternyata hotel ini cukup
mewah juga, berbintang 4, hanya letaknya memang tdk di pusat bisnis. Aku telpon
Lina, ternyata mereka juga baru masuk kamar, aku diminta langusng naik lift aja
ke lantai sekian (Lina menyebutkan nomor lantainya). Aku bergegas masuk lift yg
ada di lobby.
Kamar yg dipesan Mei Ling terletak di ujung lorong di
sebelah kanan lift. Aku segera menekan tombol bel di sisi pintu. Tak berapa
lama aku dengar pintu dibuka dan aku lihat Lina yg membukakan pintu. Ternyata
kamar itu kamar suite yg memiliki ruang tamu sendiri. Aku lihat Mei Ling sedang
duduk di sofa panjang yg ada disana.
“Hallo Lin … Mei Ling .. baru sampai ya?”
“Mas Ben .. Lina baru aja masuk kamar.”
“Silahkan masuk Mas Ben … capek ya? … gimana fligthnya lancar kan?” Mei Ling
menyambutku sambil berdiri dan menyalamiku.
Lina segera menutup pintu dan menguncinya. Dia berbalik dan memelukku dari
belakang
“Lina kangen ama Mas Ben nih …”
Tanpa basa-basi dia segera mencium bibirku dgn lembut. Agak
canggung juga aku berciuman dgn Lina sambil disaksikan oleh Mei Ling yg masih
berdiri di depanku. Mei Ling hanya tersenyum dan menarik tanganku unt duduk di
tengah sofa. Dia sendiri duduk di sebelah kiriku. Lina juga menyusul duduk di
kananku.
Mei Ling mengenakan kaus ketat berwarna putih dgn hiasan
bunga warna emas di dadanya. Kaus itu dipadu dgn celana jeans ketat selutut.
Lekuk tubuhnya terbayang jelas dari busana yg dia pakai. Tubuhnya yg tidak
terlampau tinggi itu terlihat begitu ramping tapi sexy. Buah dadanya tidak
terlampau besar serasi dgn tubuh mungilnya. Betisnya yg tak terbalut kain
apapun begitu putih mulus dan indah.
Lina memakai kemeja lengan pendek warna pink polos,
menambah kesegaran kulitnya yg putih itu. Rok yg dikenakannya adalah rok
selutut agak longgar berwarna putih dgn belahan panjang di sampingnya. Ketika dia
duduk, sekalipun roknya panjang, tapi paha mulusnya tampak mengintip dari
belahan itu.
Aku kemudian memeluk Lina dan mendaratkan ciuman lembut ku
ke bibirnya. Dia membalas ciumanku dan untuk beberapa lama kami berciuman. Lalu
Lina melepaskan ciumannya dan berkata,
“Mas Ben curang … Mei Ling kok dicuekin … padahal dia lho
yg ngebet ketemu Mas Ben,” Lina berkata dgn nada menggoda.
“Ihh .. Lina bisa aja.” Mei Ling membalas candaan Lina dgn
tak kalah genitnya.
Aku segera menghadap ke kiri. Mei Ling sama sekali tak
menolak ketika aku memeluknya. Dia membalas dgn melingkarkan lengannya ke
leherku. Aku kecup lembut keningnya yg putih itu, dia semakin mempererat
pelukannya. Bau parfum yg lembut dan sensual segera memenuhi rongga hidungku.
“Mas Ben .. Lina sudah sering cerita soal Mas .. bahkan
sebelum kita bertemu dulu itu … aku pengin dipuasin kayak Lina dong.”
“Ah jangan percaya semua omongan Lina dong Ling … tapi aku juga pengin ama kamu
Ling.”
Dgn sangat lembut aku daratkan bibirku ke bibirnya yg tipis
dan mungil itu. Perlahan aku rapatkan dan sedikit aku sedot bibirnya. Dia
membalasnya dgn lembut dan balik menyedot bibir atasku. Pikiranku terbawa
ke-awang². Bibir yg aku kagumi beberapa bulan lalu sekarang ada dalam
lumatanku. Lidahku mulai menelusuri mulutnya yg sedikit terbuka itu. Mei Ling
menerimanya dgn pasrah, mulutnya dibuka lebih lebar sehingga lidahku leluasa
menggelitik giginya yg rapi dan putih itu. Kadang dia menghisap lidahku dan
sedikit melumat dgn mulutnya. Beberapa saat kami melupakan kehadiran Lina.
Kemudian perlahan Mei Ling melepaskan bibirnya dari pagutan
bibirku. Kepalanya terkulai di dadaku. Tangan kiriku masih merangkul bahu Mei
Ling, kemudian tangan kananku aku rangkulkan ke bahu Lina. Kepalanya sekarang
sudah menggelayut di bahu kananku. Kemudian Lina mendekatkan wajahnya ke Mei
Ling dan beralaskan dadaku mereke berdua saling berciuman.
Wow .. aku tak pernah membayangkan yg seperti ini, dua
wanita ayu saling berciuman tak lebih sejengkal dari mataku. Aku mengelus
rambut mereka berdua, gerakanku ini semakin membuat mereka semakin panas
berciuman. bibir mereka saling kulum dan lidah mereka mulai beradu saling
belit.
Tangan kanan Lina mulai meraba buah dada Mei Ling dan
meremasnya dgn lembut. Mei Ling tak mau kalah, tangan kirinya menyusup di balik
rok Lina dan dari gerakan di balik rok itu aku tahu dia mengelus selangkangan
Lina. Mereka terus saling raba dan remas sambil terus berciuman seperti ini
untuk beberapa lama. Aku hanya bisa terkesima melihat kejadian ini. Yang biasa
hanya bisa aku lihat di film² porno sekarang terpampang langsung di
depan mataku.
Aku mulai tak tahan tak melakukan apa². Tangan
kananku aku selipkan di balik kerah kemeja Lina dan jari²ku segera
menyusup di antara BH dan buah dada Lina yg padat itu. Aku elus²
puting kanannya dgn ujung jariku. Tubuh Lina sedikit bergetar mendapat
rangsangan dariku ini.
Tangan kiriku aku julurkan sepanjang mungkin sehingga
menjangkau pangkal paha Mei Ling. Dari luar celana jeansnya aku usap²
kemaluannyadan aku tekan² tepat di lipatan celananya. Mei Ling membuka
pahanya sedikit lebih lebar. Dgn satu tangan, susah payah aku buka kancing
celana Mei Ling dn aku turunkan risletingnya sejauh jangkauan tanganku. Jariku
kemudian menyelusup di balik celana dalamnya namun hanya sampai menyentuh
bulu²nya saja. Aku usap lembut bulu² pendek itu.
Beberapa saat kami masih dalam posisi seperti ini. Namun
sepertinya Lina sudah tak tahan, dia semakin menggelinjang, Akhirnya Mei Ling
melepaskan ciumannya dan dia bangkit berdiri duduk di kanan Lina sehingga
sekarang Lina ada di tengah. Aku dan Lina agak beringsut sedikit ke kiri
memberi tempat kepada Mei Ling.
Kedua tangan Mei Ling yg sekarang bebas, mulai melorotkan
celana dalam Lina, sehingga celana mungil berwarna hijua lumut itu sekarang
tergeletak di lantai di dekat kaki Lina. Tangan kiriku segera menyingkap rok
putih Lina dan jari²ku mulai menggerayangi seluruh alat kemaluan Lina
yg sudah terbuka lebar itu. Rupa²nya Mei Ling sudah hafal cara memberi
kepuasan kepada Lina.
Dia segera membuka satu persatu kancing kemeja Lina
sehingga dada Lina terbuka lebar. Tampak BHnya yg sewarna dgn celana dalamnya
hampir² tak bisa memuat payudara Lina yang memang padat berisi itu.
Dgn cekatan jari² Mei Ling membuka kaitan BH Lina yg terletak di depan
diantara dua mangkuk BH itu. Buah dada Lina segera menyembul tak terhalang apa
pun.
Mei Ling segera mendekatkan bibirnya ke puting kanan Lina
dan mulai menjilatinya. Lina mulai berdesah penuh nikmat,
“Ahhhh …. ahhhhh .. iya …. ahhhhh … ”
Jari tangan kiriku masih lincah menjelajahi seluruh
kewanitaan Lina yg sudah mulai basah berlendir itu. Dgn ujung jari tengahku aku
mengusap klitoris Lina dan kadang meng-gosok²nya ke atas dan kebawah.
Lina semakin menggelinjang.
“Aaaaaahhhhhh … nikmat ….. ahhhhhh ahhhhhh ahhhh.’
Mei Ling segera membantuku untuk menggarap organ kenikmatan
Lina. Jari tangan kanannya dia tusukkan lembut ke lubang vagina Lina yg sudah
menganga lebar. Dgn gerakan perlahan dan berirama, dia memutar jari itu
mengorek seluruh permukaan dinding lubang senggama Lina.
Aku mengimbanginya dgn semakin kuat menggesek klitoris Lina yg sudah tegak
berdiri seirama dgn korekan jari Mei Ling. Lidah Mei Ling masih menjilati
puting kanan Lina. Aku sedikit membungkuk sehingga mulutku bisa mengulum puting
Lina yg sebelah lagi. Aku sedot lambat² sambil aku jilat²
putingnya dgn lidahku.
Badan Lina sudah kaku, seluruh ototnya menegang. Dengan
kedua putingnya dijilat dan dihisap serta klitorisnya aku gosok² ditambah
korekan jari Mei Ling di dalam liang kewanitaannya, beberapa detik kemudian
Lina mencapai puncak birahinya.
“Aaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh … aaaahhhhhhhhhh”
Tubuh Lina gemetar untuk beberapa saat kemudian kembali
kaku menegang dan aku lihat jari Mei Ling yg masih di dalam lubang vagina Lina
sudah basah kuyup. Selangkangannya mengangkang lebar. Lina sudah mencapai
orgasmenya. Kemudian perlahan aku kembali duduk bersandar, demikian juga Mei
Ling. Kami saling berpandangan dan tersenyum puas karena bisa memberi
kenikmatan kepada teman kami, Lina.
Lina sudah mulai kembali kesadarannya. Pakaiannya masih
berantakan. Dadanya terbuka lebar dan rok panjangnya menyingkap sampai ke
perutnya. Lina mulai membuka matanya, menoleh ke Mei Ling dan mencium mesra
pipinya,
“Makasih Ling … tadi nikmat sekali.”
Mei Ling hanya tersenyum manis sambil mengangguk. Lina
kemudian menoleh ke arahku. Bibirnya mencium lembut bibirku lalu berbisik,
“Mas Ben …. Lina puas sekali.”
Aku pun hanya tersenyum dan mengecup dahinya dgn lembut.
Mei Ling kemudian merapat, kepalanya disandarkan pada buah dada kanan Lina, dia
memandangku dgn lembut, bibirnya sedikit terbuka. Akupun mendekatkan kepalaku
dan kami berciuman di dada Lina. Sepertinya itu sebuah ciuman untuk merayakan
keberhasilan kami memberi kepuasan kepada Lina.
Kemudian Mei Ling berdiri, dgn celana jeans yg masih
sedikit terbuka, dia menarik tangan Lina.
“Kita mandi dulu yuk Lin … Mas Benny biar tiduran di kamar
sebentar.”
Aku lihat mereka berdua berjalan masuk ke kamar sambil
bergandengan tangan. Aku mengikuti dari belakang. Mereka masuk ke kamar mandi
dan aku membaringkan badanku di tempat tidur berukuran king size itu. Aku
dengar deburan air di kamar mandi dan kadang diselingi suara cekikikan mereka
berdua.
Tak lama mereka di kamar mandi, kemudian mereka berdua
keluar hanya mengenakan bathrobe putih berbahan handuk yg disediakan hotel.
Mereka bergandengan tangan dgn mesranya. Sekarang aku bisa mengamati dgn
leluasa. Mei Ling tak setinggi Lina, namun kulitnya labih putih dari Lina yg
memang sudah putih itu. Mei Ling sungguh cantik, wajahnya sangat feminin dan
ayu. Agak berbeda dgn Lina, walaupun tak secantik Mei Ling tapi dia memiliki
sensualitas yg lebih besar. Wajahnya agak genit menggoda. Dibanding tubuh Lina
yg pada berisi itu, tubuh Mei Ling kelihatan sangat mungil dan ramping.
Masing² memiliki pesona dan keseksian sendiri². Sungguh
beruntung aku akan bisa menikmati keduanya malam ini.
“Sekarang giliran Mas Ben yang mandi ya .. perlu dimandiin
nggak nih Mas?” Lina menggodaku.
“Nggak perlu lah .. udah gede kok, aku bisa mandi sendiri hehehe.”
Aku segera masuk ke kamar mandi yg mewah itu. Tampak
setumpuk pakaian mereka tersusun rapi di sebuah rak. Aku segera melepas seluruh
pakaianku dan melipat serta menumpuknya di samping pakian mereka itu. Aku naik
ke bathtub, menutup tirai dan mulai menghidupkan shower. Aku mulai mandi dan
mengosok seluruh tubuhku dgn sabun. Penisku yg tadi sempat tegang menyaksikan
Lina orgasme sekarang sudah agak tenang lagi.
Tak lama aku mandi kemudian aku membalutkan sehelai handuk
di pinggangku. Dibalik handuk itu aku tdk mengenakan apa² lagi. Ketika
masuk kamar aku agak tertegun melihat pemandangan yg ada di tempat tidur.
Lina dan Mei Ling saling berpelukan dan berciuman. Bathrobe
yg tadi mereka kenakan sudah tersingkap berantakan memperlihatkan kedua tubuh
bugil mereka. Dari sela² belitan tubuh Lina aku bisa melihat tubuh Mei
Ling yg begitu putih dan mulus seperti salju. Se-umur² aku tak pernah
menyaksikan tubuh yang begini putih dan mulus.
Tangan mereka saling menggerayangi dam me-raba²
seluruh permukaan tubuh mereka. Paha mereka saling meng-gesek²
kemaluan mereka, Kaki² indah mereka saling membelit seperti ular
sedang kasmaran. Sungguh pemandangan yg tak bisa digambarkan dgn
kata².
Aku duduk di kaki ranjang sambil terus memperhatikan
mereka. Rupanya mereka baru sadar akan kehadiranku. Mereka berhenti berciuman,
kedua tersenyum seakan mengundangku untuk bergabung dgn mereka. Mereka agak
bergeser memberi tempat aku di antara mereka. Aku segera merangkak di tengah
mereka berdua.
Mei Ling di sebelah kiriku, bathrobe yg dikenakannya sudah
terbuka lebar mempertontonkan tubuh bugilnya yg mulus. Buah dadanya tdk sebesar
buah dada Lina, tapi sangat serasi dgn tubuhnya yg mungil itu. Agak aneh malah
kalau tubuh semungil itu memiliki buah dada yg besar. Putingnya yg berwarna
coklat muda mencuat di puncak bukit yg mulus itu. Lingkaran gelap di sekitar
putingnya hanya sebesar coin seratusan tipis menambah indahnya payudara itu.
Pandanganku aku turunkan ke daerah perutnya. Sungguh molek
tubuh mulus ini. Aku tak henti²nya mengagumi tubuh Mei Ling.
Pinggangnya begitu kecil dan ramping. Mataku segera menjelajahi bagian yg lebih
bawah lagi. Oh … kemaluannya ditumbuhi bulu² pendek yg tercukur rapi.
Bukitnya begitu ranum dan menggairahkan. Sayang pahanya agak merapat sehingga
aku tdk bisa mengintip bagian dalamnya.
Pahanya yg mulus ramping berisi sungguh mengundang selera.
Apalagi betisnya yg kecil dan terkesan lbh panjang begit mulus tanpa sehelai
bulupun. Berani sumpah aku belum pernah melihat secara langsung tubuh yg begini
putih mulus.
Rupa²nya Mei Ling agak malu juga aku perhatian
setiap inci tubuhnya seperti itu. Dia segera melingkarkan kedua tangannya ke
leherku dan menarik kepalaku ke arahnya. Tubuhku segera menindih tubuhnya dan
bibir kami segara bertautan. Aku jelajahi seluruh permukaan bibir yg tipis itu
dgn bibirku. Lidahku sudah menelusup menggerayangi gigi yg rapi itu. Rasanya
sungguh membuai aku ke angkasa.
Agak lama kami berciuman dgn mesra dan agak melupakan
kehadiran Lina di kananku. Erangan lembut Lina yg menyadarkan kami dan kami
saling melepaskan ciuman, menolah ke arah Lina yg tertelentang telanjang dgn
tangan kirinya sudah menggosok kemaluannya sendiri.
Aku beringsut kebawah dgn posisi masih merangkak sampai
lututku menyentuh pinggiran ranjang. Aku membungkuk dan dgn tangan aku geser
pantat Mei Ling agar merapat ke panggul Lina, yg sudah terbuai
ke-awang² itu. Dgn tangan aku buka paha Mei Ling dgn lebar.
Wow ,,, di hadapanku terpampang 2 orang wanita cantik dan
mulus dgn paha yg menganga lebar memperlihatkan alat kewanitaan
masing². Baru sekarang aku bisa menikmati pemandangan kemaluan Mei
Ling secara jelas.
Sungguh teramat indah benda pusaka milik Mei Ling ini.
Belahan kemaluannya begitu kecil. Klitorisnya yg berwarna pink menyala, sedikit
menyembul seakan mengundang aku untuk menikmatinya. Bibir bawahnya begitu tipis
seakan menyatu dgn liang senggamanya. Warnanya begitu terang, coklat sangat muda.
Belum pernah aku melihat vagina seperti ini. Lubang vaginanya juga begitu
mungil berwarna pink muda membuat aku semakin tak tahan.
Tanpa basa-basi aku segera menciumi seluruh selangkangan
Mei Ling. Bau wangi yg khas segera menyambutku. Perlahan aku jilat bibir
bawahnya yg tipis itu. Pantat Mei Ling sedikit gemetar manahan gejolak
kenikmatan.
“Ooohhhh … ohhhhh … shhh shhhh.”
Desahan Mei Ling seakan sorakan supporter di telingaku
membuat aku semakin bersemangat melayani vaginanya dgn bibirku. Klitorisnya yg
kecil itu mulai aku jepit dgn kedua bibirku. Sekarang paha Mei Ling ikut
bergetar. Gairahku semakin menyala. Lidahku mulai menyapu sekitar lubang
kewanitaan Mei Ling. Pahanya terbuka semakin lebar dan pantatnya sedikit
terangkat membuat vagina Mei Ling semakin terjangkau oleh lidahku.
“Ooohhhh … iya … ooohhhh Mas … iya …” Desahan serak Meiling
semakin keras.
“Aahhhhh … ahhhhh … ahhhhh …” Erangan Lina menimpalinya.
Aku baru sadar ada wanita cantik satu lagi yg harus aku
layani. Tangan kananku yg tadi memegang paha Mei Ling agar terbuka lebih lebar
segera aku arahkan ke vagina Lina di kananku. Ternyata jari tengah Lina sedang
me-nusuk² lubang vaginanya sendiri. Jari tengahku yg sedang
menggerayang terhalang oleh jari Lina. Dia segera mencabut jarinya dan
menggesernya ke arah klitorisnya. Jariku segera menggantikan tugas jari Lina
mengorek dinding vagina Lina yg sudah basah berlendir itu.
“Ahhhhh ,, aaaahhhhh .. Mas Ben …. iya …. ahhh Lina nggak
tahan .. ahhhh.”
“Ooohhh … Mas … ohhhh … iya … iya …. terus Mas …”
Setiap erangan Lina selalu ditimpali desahann Mei Ling
seperti paduan suara di telingaku.
Agak sulit menggambarkan apa yg sedang aku lakukan saat itu
krn aku begitu sibuknya melayani dua wanita molek yg sedang birahi ini. Jari
tangan kananku sedang menelusuri gua gelap penuh kenikmatan milik Lina.
Sedangkan bibir dan lidahku asik me-nari² di seputar vagina Mei Ling.
Kadang jari kiriku ikut berpartisipasi meng-gosok² klitoris Mei Ling.
Tubuh Lina mulai bergetar tanda benteng tak lama lagi akan
ambrol. Aku sudah hafal dgn reaksi Lina. Posisi segera aku rubah. Sekarang
bibir dan lidahku sudah menikmati vagina Lina yg sudah sangat licin itu.
Sementara Mei Ling aku layani dgn jari tangan kiriku yg sudah menusuk masuk
keluar lubang kenikmatannya. Oh sungguh sempit punya Mei Ling.
Lidahku semakin dalam menjelajah liang sanggama Lina
sementara jari tangan kananku sudah memutar klitoris Lina yg sudah sangat
keras. Tubuh Lina sudah bergetar sangat liar. Tangan kirinya mencengkeram sprei
dan me-narik²nya sampai ujungnya terlepas dari kasur.
“Aahhhhh .. ahhhhhhhh Mas …. Lina .. ahhhh .. sudah .. mau
.. ssshhhh .. sampai … ahhh”
Tiba² paha Lina mengatup dan menjepit kepalaku.
Pantatnya terangkat dan ototnya menjadi kaku. Aku rasakan ada cairan hangat yg
menyiram lidahku,
“Aaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh aaaaaaaaaahhhhhhhhhh.”
Lina sudah mencapai puncak kenikmatannya. Untuk beberapa
saat tubuhnya kaku tak bergerak. Pahanya masih menjepit kepalaku sehingga aku
terperangkap di selangkangannya. Per-lahan² otot Lina mulai mengendur,
jepitan pahanya di kepalaku mulai longgar dan aku bisa menarik kepalaku dari
perangkap kenikmatan itu. Dgn Lina yg sudah mencapai orgasme, aku segera
mengalihkan perhatianku kembali ke Mei Ling yg masih aku layani dgn jari ku.
Lidahku yg masih belepotan lendir kenikmatan Lina segera
aku tusukkan ke lubang vagina Mei Ling. Tangan kananku yg tadi melayani
klitoris Lina segera aku sisipkan kebawah pantat Mei Ling. Sekalipun tubuh Mei
Ling kecil dan ramping, tapi pantatnya cukup padat berisi. Aku segera meremas
bukit pantat Mei Ling yg kiri.
“OOhhhhhhh … iya … ooohhh … shhhh iya .. Mas .. iya.”
Desahan birahi Mei Ling semakin membuatku aktif
memuaskannya. Tangan kiriku sekarang sudah meremas bukit pantat kanannya. Dgn
kedua tanganku aku angkat pantat Mei Ling sehingga vaginanya semakin gampang
untuk aku nikmati. Lina yg sudah mulai sadar dari hipnotis birahinya mulai
membantuku memuaskan sahabatnya yg molek ini.
Bibirnya melumat bibir Mei Ling yg sedari tadi terbuka.
Tangan kirinya me-remas² buah dada Mei Ling. Jari²nya kadang
memelintir puting Mei Ling yg aku lihat semakin tegak berdiri. Pantat Mei Ling
sudah mulai bergoyang menikmati permainan lidahku di liang senggamanya. DAri
pengalamanku, aku tahu bahwa sekuat apapun pertahanan Mei Ling tapi kalau
diserang dari berbagai arah seperti ini akan bobol juga.
Dugaanku tak keliru, goyangan pantat Mei Ling semakin liar
tak terkendali. Dgn susah payah aku harus mengikuti goyangannya dgn kepalaku
agar lidahku tak terlepas dari selangkangannya.
“Ohhhhhh … Ohhhhhhh .. Mas ….. aku .. nggak ta .. han …
massss”
Paha Mei Ling sudah mengangkang maksimal. Dia mengangkat
pantatnya se-tinggi²nya sampai dia berjingkat dgn ujung jari kakinya.
Punggungnya sudah tak menyentuh kasur. Pantatnya bergerak ber-kedut²
naik turun tak terkontrol.
“Ohhhhhhhhh oooooooooooooooooohhhhhhhhhhh”
Cairan lendir kenikmatan mulai meleleh dari liang vagina
Mei Ling. Aku segera menyapunya dgn lidahku. Oh .. nikmat sekali rasanya. Cukup
banyak cairan yg keluar, dan akhirnya Mei Ling mulai menurunkan pantatnya
kembali menyentuh kasur dgn perlahan. Nafasnya masih memburu cepat.
“Oooohhhh .. nikmat sekali …. ohh Mas … aku puas sekali ..
Ohhh”
Aku beringsut dan lalu berbaring telentang diantara mereka
berdua, Mei Ling di kananku dan Lina di kiriku. Mereka memeluk aku dan tak
hentinya menghujani ciuman ke wajahku. Ucapan termia kasih tak henti meluncur
dari mulut mereka krn sudah aku puaskan. Aku pun sangat puas bisa membuat
nikmat dua wanita ayu ini.
Beberapa saat kami saling bercumbu, atau lebih tepatnya
mereka berdua mencumbui aku. aku hanya tertelentang masih membayangkan kenangan
bathin indah yg baru aku alami. Lalu tangan Lina yg nakal mulai menggerayangi
perutku. Dgn sekali sentakan lembut, handuk yg membelit tubuh bagian bawahku
terbuka.
Penisku yg sedari tadi sudah tegak langsung menyembul
berdiri. Perhatian mereka berdua segera tersedot ke tongkat kejantananku.
Tangan Mei Ling dan Lina saling berlomba menggerayangi penisku. Lina mulai
beringsut dan dgn tubuhnya tertelungkup di dekat kaki kiriku bibirnya yg tebal
sensual mulai menciumi batang penisku. aku masih berciuman dgn Mei Ling ketika
Lina mulai memasukkan kepala penisku ke dalam mulutnya yg hangat itu. Lidahnya
mulai menggelitik batang kejantananku yg ada di dalam mulutnya.
Mei Ling yg melirik kebawah memperhatikan apa yg dilakukan
Lina dgn penisku mulai tertarik juga. Dia segera merubah posisi sehingga sama
dgn Lina tertelungkup di dekat kaki kananku. Dia mulai menciumi pangkal pahaku.
Lidahnya yg lembut mulai menggerayangi selangkanganku di sekitar biji
kemaluanku. Kedua tanganku mulai mengelus lembut kepala mereka, yg kiri untuk
Lina dan yang kanan jatah Mei Ling.
Lina masih terus mengulum penisku, kadang dimasukkan
kemulutnya sampai pangkalnya. Mei Ling mulai menjilati bola kembarku, kadang
bibirnya yg tipis menciumi dan menyedot pelan kantong bijiku. Kedua tangan
mereka meng-usap² lembut perut bagian bawahku.
Oh .. sungguh nikmat .. tubuhku seakan terangkat ke
kayangan. Mereka sekarang berganti peran. Mei Ling sudah mengulum penisku di
mulutnya, sedang Lina yg menjilati sekitar kantong bijiku.
Cara Mei Ling mengoral aku sungguh halus. Tak seperti Lina yg agak binal, Mei
Ling menggerakkan kepalanya mengangguk dgn sangat lembut. Kadang kepala penisku
disedotnya pelan, diselingi libatan lidah halusnya di sekitar leher penisku.
aku sangat suka apa yg dilakukan Mei Ling.
“Oooohhhhh … iya … terus Ling … iya Lin .. oh nikmat ..
ooohh”
Tak terasa aku mulai mengerang penuh kenikmatan.
Rupa²nya kata²ku semakin menyemangati mereka untuk berbuat
lebih hebat lagi. Kali ini apa yg mereka lakukan sungguh luar biasa, aku belum
pernah merasakan yg seperti ini. Sulit menggambarkannya dgn kata².
Bibir mereka saling berciuman dgn kepala penisku di tengahnya.
Lidah mereka saling membelit di penisku. Lidah Mei Ling yg tipis lancip
membelai lembut leher penisku sedang Lina menggosok kepala penisku dgn bagian
bawah lidahnya yg bertekstur kasar itu. Aku sudah tak sadar apa² lagi.
Yang bisa aku lakukan hanya berbaring telentang, kaki terbujur dgn paha
mengangkang se-lebar²nya. Mulutku terus mengeluarkan erangan dan
desahan birahi.
“Ooohhh . ooohhhh .. iya .. oohhh … nikmat sekali … iya …
ohhhh”
Sekarang mereka melakukan hal yg tak pernah aku bayangkan
sebelumnya. Bibir mereka masih saling bertaut mengapit penisku. Mereka gerakkan
kepala secara berbarengan menggeleng pelan sehingga keempat bibir mereka seakan
memeras penisku. Kepala penisku masuk keluar melalui sudut bibir mereka
menimbulkan sensasi birahi yg tak pernah aku alami sebelumnya. Tangan kanan
Lina melakukan gerakan mengocok pelan di pangkal penisku. Tangan kiri Mei Ling
meremas dam mengusap lembut kantung bijiku. Gerakan kepala mereka semakin cepat
dan kompak.
“Oohhhhhhh …. oooohhhhh … oooohhhhh …. ooohhhhh”
Tubuhku mulai gemetar. Seluruh badanku merinding merasakan
apa yg mereka lakukan terhadap penisku. Mereka merasakan reaksiku, gerakan
gelengan mereka semakin cepat dan kuat. Kocokan tangan Lina semakin gencar. Mei
Ling menggelitik tengah² kantung bijiku dgn jari²nya yg
lentik itu. Aku sudah tak punya pertahanan apa² lagi. Sia²
aku menahan ejakulasi karena semburan spermaku sudah tak bisa terbendung lagi.
Tubuhku sudah berkelojotan tak terkendali. Seluruh bulu di tubuhku berdiri. Aku
rasakan kenikmatan luar biasa ini sampai ke ujung jari kakiku.
“Oooooooooooooooooooooooohhhhhhhhhh croots croots ..
suuurrrr suuurrr.”
Cairan spermaku membanjir di mulut mereka. Lidah mereka
saling berlomba menyapu cairan kenikmatanku yg menyembur kencang itu. Aku masih
merasakan nikmat yg luar biasa. Sungguh aku belum pernah merasakan kenikmatan
sehebat ini. Spermaku sepertinya terus mengucur ber-liter² dan lidah
mereka dgn sigap menadahi setiap tetes yg meleleh dari lubang penisku. Entah
berapa lama aku merasa terbang di angkasa kenikmatan ini.
Perlahan aku mulai mengembalikan kesadaranku. Mataku aku
buka pelan dan melirik kebawah. Mereka masih sibuk saling menjilati kepala
penisku yg terlihat basah mengkilat. Ketika mereka sudah yakin bahwa tdk ada
lagi cairan yg keluar dari penisku barulah mereka beringsut dan berbaring
telentang di sampingku.
Aku peluk mereka berdua. Masing² aku hadiahi
kecupan mesra di kening dan pipi.
“Makasih Lin … Ling … kalian memang sungguh hebat … aku blm
pernah merasakan yg seperti tadi.”
“Mas Ben … Lina seneng bisa membuat Mas puas .. Lina juga puas kok.”
“Iya Mas .. aku puas juga … maninya Mas Ben banyak banget ya …”
Aku mempererat pelukanku ke mereka berdua. Dgn manja mereka
menyandarkan kepala ke dadaku. Aku bergantian menciumi rambut mereka dgn
lembut. Sejenak kami beristirahat dalam posisi seperti ini ambil berbincang
menggambarkan kenikmatan yg baru kami alami bersama.
Kali ini Mei Ling yg mengambil inisistif lbh dahulu. Tangan
kanannya mulai menggerayangi selangkanganku. Penisku yg masih lunglai sehabis
memuntahkan lahar hangat sebegitu banyak mulai dibelainya. Jari² yg
lentik dan mungil mulai mempermainkan penisku yg masih lemas. Dgn telaten
di-pijit²nya lembut kepala penisku, lalu dgn halus
di-belit²nya batang kejantananku dgn telunjuknya. Adik kecilku sedikit
mulai bereaksi. perlahan dia mulai bangkit membesar lagi.
Lina lalu bangkit berdiri, dia merangkak dgn posisi kepala
mengarah ke selangkangan Mei Ling. Perlahan dibukanya paha Mei Ling. Dia mulai
menciumi vagina Mei Ling. Lidahnya mulai menjelajah di sekitar lubang kemaluan
Mei Ling. Aku belum pernah melihat adegan seperti ini secara langsung. Apa yg
biasa aku lihat di film² porno sekarang bisa aku nikmati dgn mata kepalaku
sendiri. Aku mulai terangsang.
Mei Ling juga mulai bangkit lagi birahinya. Tangannya sudah
menyingkir dari kemaluanku. Dia mulai meremas dan membelai buah dadanya dgn
kedua tangannya. Sungguh pamandangan yg sangat sensasional. Lina merangkak
menjilati kemaluan Mei Ling sambil tangan kirinya bermain disekitar vaginanya
sendiri, sementara Mei Ling merangsang buah dadanya sendiri. Penisku sudah
berdiri tegak melihat ini.
Aku segera berlutut disamping Mei Ling, penisku aku
sodorkan dan aku sentuhkan ke bibir Mei Ling yg tampak begitu merangsang. Tanpa
perlu dikomando Mei Ling segera mengulum penisku. Aku gerakan pantatku perlahan
maju mundur. Penisku menggesek lembut bagian dalam mulut Mei Ling. Oh ..
sungguh nikmatnya.
Kemudian aku mengganti posisi. Aku tidur miring dgn penis
mengarah ke mulut Mei Ling. Mei Ling segera mambuka mulutnya dan menghisap
penisku. Aku gamit paha Lina dan mendekatkan selangkannnya ke mulutku. Lina
paham apa yg aku, dia segera berbaring miring, paha kanannya diangkat kesamping
dgn selangkangannya tepat di mulutku. Aku segera mencium bibir bawah Lina yg
begitu menggiurkan.
Mei Ling juga mengikuti kami berbaring miring dgn vagina
kembali di bibir Lina. Dalam posisi ini kami menikmati oral sex bertiga. Mei
Ling mengulum penisku, aku menjilati vagina Lina dan Lina melumat kemaluan Mei
Ling. Mungkin ini yg dimaksud dgn “cinta segitiga” yg sesungguhnya.
Bebeeapa saat kami saling menikmati, kemudian kami berganti
posisi. Lina yg menghisap penisku, aku melumat vagina Mei Ling dan Mei Ling
menjilati lubang kemaluan Lina. Wow .. ini pengalaman yg aku ingat terus sampai
sekarang. Jilatan dan hisapan kami semakin kuat. Sepertinya Lina sudah tak bisa
menahan diri lagi. Tubuhnya mulai gemetaran liar.
Aku segera bangkit mengatur posisi kami. Mei Ling masih
telentang menganngkang. Lina merangkak dgn kepala tertunduk menjilati alat
kewanitaan Mei Ling. Lututnya bertumpu di pinggiran bawah kasur. Pahanya agak
membuka. Sambil berdiri aku arahkan kepala penisku yg sudah mengkilat ke lubang
kenikmatan Lina yg sangat mengundang itu.
Perlahan aku tusukkan batang kelakianku menembus gua vagina
Lina. Tubuh Lina bergetar sedikit menyambut batang kelakianku di tubuhnya.
Selangkanganku aku tempelkan ke pantat Lina yg padat berisi itu, otomatis
seluruh batang penisku terbenam ke dalam vagina Lina. Dgn perlahan aku mulai
memompa pantatku maju mundur secara berirama. Lina mengimbangi dgn jilatan yg
semakin liar di klitoris Mei Ling.
“Ooohhhh .. iya ..iya Lin …. ohhhh nikmat sekali.” Mei Ling
mulai naik birahi.
Tubuh Lina semakin gemetar, pantatnya bergoyang memutar tak
beraturan. Aku tahu Lina sudah hampir mencapai klimaksnya. Gerakanku semakin
aku percepat dan perkuat. Tanganku memengang pinggulnya sehingga aku semakin
leluasa menyodokkan batang penisku ke vaginanya. Pantat Lina yg bundar berisi
bergoyang seksi dan me-mukul² pangkal pahaku. Bukit pantat Lina aku
tahan kesamping sehingga penetrasiku semakin dalam. Batang kemaluanku aku tahan
di dalam vagina Lina sementara pantatku aku gerakkan naik turun sehingga kepala
penisku meng-gesek² dinding gua Lina.
“Aaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhh aaaaaaaaaaahhhhhhhhh”
Aku merasakan vagina Lina menyemburkan cairan hangat ke
batang penisku. Aku semakin hujamkan semakin dalam dan semakin banyak cairan yg
meleleh. Lina sudah mengalami orgasmenya. Tubuhnya sekarang diam bagai patung.
Napasnya ter-sengal².
“Aaahhh …. ahhhhh … nik .. mat .. Mas .. ahhhh”
Perlahan aku cabut penisku yg masih tegak menantang dari
vagina Lina. Lina sudah tertelentang lunglai dgn posisi terbalik disamping Mei
Ling. Kepalanya di tepi kasur di dekat kaki Mei Ling tepat di bawah penisku.
Aku segera menarik Mei Ling agar dia merangkak dgn posisi pantat mengarah ke
aku.
Mei Ling segera mengerti apa mauku. Dia merangkak bertumpu
pada kedua tangan dan lututnya. Selangkangannya mengangkang tepat diatas wajah
Lina dan kepalanya tepat di selangkangan Lina. Mei Ling segera menjilati vagina
Lina yg masih basah berlendir itu. Dgn kedua tanganku aku membelai pantat Mei
Ling yg sangat sexy itu. Begitu putih dan mulus. Pantat terindah yg pernah aku
lihat. Perlahan tapi pasti aku buka kedua bukit pantat itu, memperlihatkan
liang vagina yg begitu sempit dan merangsang. Aku arahkan senapanku yg sudah
terkokang ke lubang kenikmatan Mei Ling. Dgn lembut aku tusukkan kepala penisku
dambil menekan perlahan sampai seluruh batang kelakianku amblas ditelan gua
surga Mei Ling.
Sungguh sempit vagina Mei Ling. Batang penisku yg tak
seberapa besar seperti dijepit oleh dinding vagina Mei Ling yg halus licin itu.
Aku ingin menikmati vagina Mei Ling sedari tadi, dan keinginanku terwujud
sepenuhnya. Sesuai bayanganku, vaginanya sungguh hangat dan nikmat.
Dgn sangat perlahan aku mulai memompa pantatku maju mundur
dgn teratur. Mei Ling sepertinya sangat menikmatinya. Kepalanya
ter-angguk² sambil lidahnya terjulur menjelajah selangkangan Lina yg
sudah mengangkang lebar. Mei Ling kemudian sedikit merendahkan pantatnya dgn
membuka pahanya lbh lebar sehingga klitorisnya tepat di depan mulut Lina.
Lina tak membuang percuma kesempatan itu. Dgn lidahnya yg
panjang dia mulai menjilati dan mengulum klitoris Mei Ling. Kadang lidahnya
men-jilat² kantung bijiku dan pangkal penisku yg sedang
me-nusuk² liang senggama Mei Ling yg nikmat itu. Ini menambah
kenikmatanku.
Jilatan Lina di klitoris Mei Ling semakin liar seirama dgn
hisapan dan jilatan Mei Ling di vaginanya. Tubuh kami bertiga bergetar berirama
seakan menyatu dalam kayuhan kenikmatan. Aku tahu Mei Ling sudah mendekati
puncaknya, tak heran, dgn sodokan penisku di vaginanya dan jilatan liar Lina di
klitorisnya wanita mana yg bisa bertahan lama. Lina. yg memang gampang mencapai
orgasme tentu juga sudah hampir jebol pertahanannya.
Aku semakin memperkuat goyangan pantatku. Tanganku sudah
aku arahkan meremas payudara Mei Ling dan jari²ku memelintir putingnya
yg mungil itu. Penisku sudah aku benamkan seluruhnya kedalam liang vagina Mei
Ling. Pantatku aku gerakkan memutar. Lina segera mencium dan menyedot lembut
kantung bijiku. Aku sudah tak tahan lagi. Aku rasakan Mei Ling juga sudah mendekati
puncaknya.
Pantatku semakin aku rapatkan ke pantat Mei Ling. Aku
memutar semakin cepat. Tubuh Lina sudah kaku tak bergerak, serangan bibir dan
lidah Mei Ling di kemaluannya rupanya membuat dia segera menyerah.
“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh … aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh ..
ahhhhhhhhhh”
Lina terkapar KO lebih dulu untuk kedua kalinya. Mei Ling
telah berhenti melumat selangkangan Lina. Erangan kenikmatan Lina menambah
birahi kami dan beberapa detik kemudian giliran Mei Ling yang mencapai
klimaksnya. Pantatnya ditekan kuat ke selangkanganku. Vagina
ber-denyut² memeras batang penisku yg masih tertancap erat disana.
“Oooooohhhhhhhhhhhhh … oooohhhhhhhhhhhhhhhhhhh”
Sedetik kemudian bentengku ikut ambrol juga. Badanku
gemetar hebat. Payudara Mei Ling aku remas kuat². Spermaku menyembur
bercampur cairan hangat dari vagina Mei Ling.
“Shhhhhh shhhhh croots …. croooots .. croots.”
Seluruh tubuhku masih merinding ketika Lina setengah
memaksa memundurkan selangkanganku sehingga penisku tercabut dari vagina Mei
Ling. Lendir orgasme Mei Ling bercampur spremaku meleleh keluar, dan penisku
masih meneteskan sisa² kenikamatanku. kepala Lina sudah mendongak ke
belakang, tengkuknya bersandar pada pinggiran kasur. Mulutnya yg sudah terbuka
lebar segera mencaplok penisku yg masih tegar berdiri. Dihisapnya
kuat² kepala penisku sehingga sisa sperma yg masih ada di saluran
penisku tersedot habis ke mulut Lina.
Aku merasakan kenikmatan secara beruntun, belum habis aku
menikmati vagina Mei ling, sekarang mulut Lina yg meneruskan orgasmeku. Sungguh
tak terbayangkan dgn kata².
Setelah Lina puas menghisap habis spermaku, dia kemudian
menjilati vagina Mei Ling yg masih melelehkan lendir birahinya. Mei Ling
nampaknya juga menikmati apa yg dilakukan oleh Lina. Dia pun semakin giat
menyapu vagina Lina dgn usapan lidahnya.
Akhirnya kami bertiga kembali berbaring kelelahan. Aku
ciumi Lina dan Mei Ling bergantian. Mereka dgn suka cita menyambut ciumanku dgn
mesra. Lalu mereka pun saling berciuman di dadaku.
“Mas Ben … aku suka posisi kita tadi .. selama ini aku
memang bayangin yg seperti itu.”
“Iya Mas .. Lina juga suka banget, rasanya nikmat …. Ling gimana .. penis Mas
Ben enak kan? Lina nggak bohong kan?”
“Iya Lin … bener kok .. Mas Ben … Mas pinter banget deh nyenengin cewek, pantesan
Lina sering cerita soal Mas Ben.”
“Ah .. justru aku yg merasa enak banget …. kalian berdua memang hebat .. udah
cantik pinter lagi.” Pujian ini memang tulus dari dalam hatiku.
Kami masih saling berbincang dan sesekali saling berciuman.
Rasanya aku sungguh beruntung bisa mendapat dua orang dewi cinta seperti ini.
Sekitar setengah jam kami ber-baring² kelelahan, Kemudian dgn malas
kami bertiga ke kamar mandi saling membersihkan diri. Dengan masih bertelanjang
bulat kami kembali ke kamar.
“Mas Ben … aku laper nih .. mau pesen makan .. Mas pesen
apa? Kamu pesen apa Lin?”
“Aku steak medium ama kentang aja deh Ling … Mas Ben mau apa?”
“Aku pengin yg seger² … sop buntut aja deh, pakai nasi ya.”
Mei Ling menekan tombol di telpon dan memesan makanan, dia
juga makan steak persis seperti Lina. Sekitar 20 menit kemudian bel pintu
berbunyi. Mei Ling berdiri, mengenakan bathrobe. mengikatnya dgn rapi sehingga
tubuh bugilnya tertutup rapat. Dia mengambil dompet dari tas tangannya yg ada
di meja, berjalan ke pintu tembusan ke ruang tamu, lalu menutup rapat pintunya.
Tak lama kemudian dia memanggil kami ke ruang tamu untuk makan. Tubuhnya sudah
bugil, Bathrobenya tersampir di sisi sofa. Kami bertiga makan sambil tetap
telanjang bulat. Baru kali ini aku makan sambil bugil ditemani dua orang wanita
cantik yg sama² bugil. Satu lagi kenangan yg tak pernah aku lupakan
sampai hari ini.
Piring² kami segera licin tandas. Rupanya kami
bertiga kelaparan karena kegiatan kami tadi. Jam di dinding menunjukkan jam tujuh
lebih sedikit. Dgn saling berangkulan kami berjalan ke kamar lagi. Aku duduk di
pinggir kasur bersandar ke kepala tempat tidur. Aku ambil remote dari atas meja
kecil di samping tempat tidur. TV aku hidupkan, aku segera menyimak berita yg
sedang di tayangkan.
Lina dan Mei Ling berbaring di sisi kiriku, mereka mencoba
menikmati juga berita di TV. Tapi rupanya mereka kurang suka. Mereka segera
saling berpelukan dan mulai berciuman. Tangan mereka mulai saling menggerayangi
tubuh masing². Kadang mereka saling bergantian saling menghisap puting
satu sama lain. Sejenak aku agak mengacuhkan mereka, perhatianku masih terpaku
pada TV.
Desahan dan erangan mereka semakin mengacaukan perhatianku
ke TV. Tak lama kemudian aku jadi lebih memperhatikan apa yg sedang mereka
lakukan daripada berita di TV. Wajar lah, hanya lelaki edan yang lebih
memperhatikan TV daripada dua wanita cantik yg sedang telanjang saling
merangsang satu sama lain.
Sekarang Lina sudah merangkak di atas tubuh mulus Mei Ling
dalam posisi 69. Mereka saling mencumbu kemaluan satu sama lain. Hanya desah
kenikmatan dan napas ter-engah² yg terdengar dari kegiatan mereka. Aku
sangat menikmati pemandangan ini. TV segera aku matikan dan perhatianku penuh
kepada mereka berdua.
Dalam posisi ini pantat Lina yang menungging sungguh sexy
dan indah untuk dilihat. Tak tahan tanganku segera mengelus dan meremas kedua
bukit pantatnya yg mulus itu. Bibirku pun mulai menciumi seluruh permukaan
punggung Lina yg putih tak bercacat. Senjata pamungkasku mulai berdiri lagi.
Tangan kanan Mei Ling segera menggapai batang penisku dan
mengocokya dgn pelan. Kulit tangannya yg halus membelai seluruh permukaan
panisku mulai dari kepala sampai ke pangkalnya. Kepala penisku kadang
diselipkan diantara jari² yg lentik dan halus itu. Lidahnya tak
berhenti menari di seluruh permukaan kemaluan Lina.
Aku menciumi dan menjilati pantat Lina yg bulat sexy itu.
Sementara Lina semakin agresif melumat vagina Mei Ling dgn bibirnya yg tebal
sensual itu. Kami sangat menikmati permaian ini untuk beberapa saat.
Kemudian Mei Ling berkata, “Lin .. aku pengin liat kamu
main ama Mas Ben … mau kan?”
Lina yg sudah mulai naik birahi itu hanya mengangguk pelan.
Kami segera berganti posisi. Aku telentang di tengah kasur. Lina segera
mengambil posisi tengkurap dgn kepala mengarah ke kemaluanku. Penisku segera
dikulumnya dan dimainkan dgn lidahnya yg sekarang semakin lincah. Mei Ling
berdiri disisi ranjang mengawasi kami berdua seperti seorang mandor sedang
mengawasi anak buahnya bekerja.
“Ooohhh .. kalian seksi sekali .. terus Lin .. ohh aku jadi
terangsang nih ..”
Sejalan dgn perkataannya, Mei Ling mulai me-remas²
buah dadanya sendiri. Lidahnya menjilati bibirnya yg tipis merangsang itu
seakan ikut menikmati jilatan lidah Lina di kepala penisku. Sungguh pemandangan
yang langka yang tak bisa terlupakan. Seorang wanita yg begitu cantik dgn tubuh
yg putih mulus sedang merangsang dirinya sendiri tak sampai semeter jaraknya
dari aku.
“Lin sekarang ganti posisi ya .. kamu dibawah ya.”
Lina tak menanti dua kali komandoku. Dia segera tidur
telentang dgn paha terbentang lebar. Liang senggamanya yg begitu menggairahkan
sudah mulai basah mengundang. Aku pegang tumitnya, kedua betisnya segera aku
naikkan ke pundakku. Sambil berlutut aku arahkan penisku menuju liang
kenikmatannya. Sambil aku putar dgn tangan perlahan aku tancapkan penisku di
lubang itu.
“Aaaahhh .. iya Mas … ahhhh ayo Mas.”
“Oohhhhh merangsang sekali .. ohhhhhh .. terus Mas Ben .. tusuk Lina Mas.”
Mei Ling menimpali erangan Lina. Sekarang aku lihat dia
sudah mengangkat kaki kirinya di kasur sehingga selangkangannya terbuka
lebar². Kltorisnya yg mungil tampak menyembul keluar diantara
bulu²nya yg pendek rapi itu. Tangan kirinya mulai meng-gosok²
klitoris itu dan tangan kanannya masih meremas buah dada kirinya.
Penisku mulai terbenam ke dalam vagina Lina yg hangat itu.
Aku mulai memompa perlahan sambil mataku tak lepas dari aksi Mei Ling
masturbasi di hadapanku. Aku sengaja bergerak lambat², Aku tak ingin
Lina terlalu cepat mencapai klimaksnya. Aku ingin Mei Ling bisa menikmati lebih
lama permainan kami. Dan sepertinya Mei Ling bisa merasakan apa yg aku lakukan,
tubuhnya semakin bergoyang mengikuti gosokan jarinya di klitorisnya.
Ketika aku merasakan Lina sudah mendekati puncaknya, aku
menghentikan permaiananku. Aku cabut penisku dari vaginanya. Kayaknya Lina agak
kecewa,
“Aaaahhhh Mas … Mas Ben .. ayo masukin .. ahhhh Lina udah
mau sampai nih .. ahh”
“Sabar Lin, tahan bentar .. kamu gantian di atas ya.”
Aku berbaring telentang. Lina segera berjongkok diatasku
dgn liang vaginanya sudah menyentuh kepala penisku. Kedua tangannya bertumpu
pada lututnya yg tertekuk, dia mulai menurunkan pantatnya sehingga batang
kemaluanku mulai amblas lagi ditelan gua kewanitaannya.
Aku gamit paha Mei Ling yg masih berdiri di sisi ranjang.
Aku tarik pelan ke arahku. Dia segera mengerti maksudku. Dia segera berjongkok
berhadapan dgn Lina. Selangkangannya terbuka lebar tepat diatas wajahku. Wow ..
aku lihat pemandangan yg sangat indah tak sejengkal dari mataku. Jujur harus
aku akui bahwa kemaluan Mei Ling adalah salah satu yg terindah yg pernah aku
lihat. Warnanya begitu terang dan bentuknya begitu mungil.
Lubang anusnya begitu rapat berwarna putih hanya sedikit
lebih tua dari kulit pantatnya yg mulus itu. Entah dorongan darimana aku segera
menjilati tanpa rasa jijik sedikitpun area mulus antara lubang anus dan
vaginanya. Hanya terhadap Winda istriku aku pernah lakukan ini. Dgn wanita lain
aku selalu ada rasa jijik sekalipun aku ingin melakukannya.
Mei Ling sangat suka dgn apa yg aku lakukan, dia mengerang
penuh kenikmatan.
“Oohhhhh iya .. Mas .. ohh nikmat sekali .. ”
Lina tentu saja tak tahu apa yg aku lakukan dgn anus Mei
Ling. Dia sudah tenggelam dalam dunia kenikmatan menunggangi batang penisku,
dia sama sekali tak perhatian apa yg dilakukan oleh lidahku. Hanya desahan
kenikmatan yg keluar dari mulutnya.
“AAahhhhhhhh ahhhhhhhh”
Dia memompa penisku semakin kuat dan cepat. Puas menjilati
sekitar anus Mei Ling aku mulai menggarap klitorisnya yg dari tadi me-manggil²ku.
Lidahku aku julurkan sepanjang mungkin dan ujungnya menyentuh klitoris yg sudah
sangat sensitif itu. Berbareng dgn Lina dia juga menggerakkan pantatnya naik
turun sehingga lidahku yg kaku menjulur meng-gesek² klitorisnya.
Sekarang mereka saling berpelukan sambil berjongkok. Sepertinya bibir mereka
saling berciuman karena aku tak mendengar lagi desahan Lina dan Mei Ling.
Gerakan mereka naik turun semakin seragam dan simultan.
Lina sudah mulai limbung dan tubuhnya mulai bergetar. Gerakan pantatnya naik
turun semakin kuat. Tiba² selangkangannya di hujamkan dalam²
ke selangkanganku. Batang kemaluanku terhujam se-dalam²nya dalam gua
senggamanya. Ada cairan hangat menyembur batang penisku. Tanpa sepatahpun keluar
dari mulut Lina yg masih dilumat oleh mulut Mei Ling. Tapi aku tahu Lina baru
saja mencapai orgasmenya.
Perlahan tubuhnya mulai melemas. Dia beranjak turun dari
atas tubuhku.
“Gantian kamu ya Ling .. aku sudah puas banget .. makasih
Mas Ben.”
Dia mengecup lembut pipiku. Mei Ling segera menggantikan
posisi Lina. Dia sudah jungkok dan mulai mengarahkan penisku dgn tangannya ke
liang kewanitaannya. Per-lahan² ditancapkannya senjata kejantananku ke
lubang sempit di selangkangannya. Dengan sangat lembut dia turunkan tubuhnya
sehingga penisku mulai memasuki gua kenikmatannya.
Gaya Mei Ling agak berbeda dgn Lina. Mei Ling sangat lembut
sedangkan Lina agak binal, Jujur, aku lebih suka gaya Mei Ling. Dia mulai duduk
di selangkanganku. Pahanya yg mulus dan padat menduduki kedua pangkal pahaku.
Lututnya setengah bertumpu di kasur. Lalu dgn sangat halus dia mulai
memajumundurkan pantatnya. Semua ini dia lakukan dgn penuh perasaan seakan
ingin menikmati setiap detik yg kami lalui bersama.
Aku mulai memperhatikan Mei Ling yg berada di atas tubuhku.
Matanya terpejam rapat menghayati setiap gerakannya. Kedua tangannya dia
letakkan di belakang bukit pantatnya seakan membantu goyangannya. Buah dadanya
yg sangat menggairahkan semakin membusung. Betul² pemandangan yg
sangat merangsang dan indah untuk dinikmati.
Tangan Lina mulai menggerayangi payudara kiri Mei Ling.
Lidahnya mulai menjilati puting Mei Ling yg tegak menantang itu. Tanpa aku
sadari tangan kiriku mulai ikut meremas buah dada Mei Ling yg kanan. Gerakan
pantat Mei Ling semakin teratur dan dgn perlahan dia mulai menaikkan tempo
goyangannya. Dari mulutnya yg terbuka sedikit mulai terdengar desah²
birahi.
“Oooooohhhh …. ooooohhhhhhh …. ooohhhhhh.”
Aku mulai merasakan gerakan pantat Mei Ling semakin
menguat. Batang penisku semakin tercekik di dalam liang vaginanya yg sempit
itu. Aku mulai mendekati puncak kenikmatanku. Dari getar tubuh dan lenguhan
napasnya, aku juga tahu bahwa keadaan Mei Ling sudah tak jauh berbeda dgn aku.
Puncak surga sudah mulai terlihat disana.
Tiba² Mei Ling merubah posisinya tanpa membuat
penisku tercabut dari gua senggamanya. Tubuhnya ditelungkupkan diatas tubuhku.
Payudaranya yg padat kenyal menindih dadaku. Kakinya sudah diluruskan menimpa
kakiku. Selangkangannya yg halus menempel ketat ke selangkanganku.
Aku segera membuka lebar pahaku. Sekarang kedua pahanya yg
halus mulus itu terletak diantara kedua pahaku. Aku segera menjepitnya. Saat
pahanya terjepit pahaku otomatis selangkangannya agak terangkat sedikit. Pahaku
aku kendorkan lagi sehingga selangkangannya kembali menempel.
Demikian terus aku lakukan. Jepit kendor, jepit kendor. Dgn
jarak terbatas penisku menusuk maju mundur dinding vagina Mei Ling. Kami berdua
sudah tak ingat akan kehadiran Lina sama sekali. Tubuh kami seakan menyatu dan
napas kami sudah saling memburu.
Tubuh Mei Ling mulai bergetar. Aku mengangkat pantatku
setinggi mungkin sambil masih melakukan gerakan jepit kendor secara teratur.
“Oooohhhh … ohhhhh … ooohhhhh.”
Desehan serak² basah Mei Ling di dekat telingaku
membuat aku semakin cepat mendaki puncak khayangan. Dlm dua tiga detik ke depan
aku tahu gawangku akan bobol. Rupanya Mei Ling juga setali tiga uang
kondisinya. Tubuhnya sudah bergetar menggelinjang seperti orang kena setrum.
Aku sudah tak ingat apa² lagi. Aku rasakan cairan hangat meleleh di
penisku dan pada detik itu juga spermaku meledak tak kuat menahan kenikmatan.
“Ooooooooooooooooooooooohhhhhhhhhh,” Mei Ling melolong
panjang.
“Crooots … crooots … crooots … ooooooohhhhhhhhhhhh,” aku rasa lolonganku tak
kalah panjangnya.
Kami berdua sampai di puncak Himalaya secara bersamaan.
Tubuh kami masih menggigil menyatu menikmati birahi yg baru kami reguk
sepuasnya untuk beberapa saat. Ciuman lembut Lina kemudian menyadarkanku
kembali ke alam nyata. Aku lihat tubuh Mei Ling yg masih menindihku sudah mulai
lemas lagi. Perlahan aku lihat Mei Ling mulai membuka kedua matanya yg selama
episode nikmat tadi selalu terpejam rapat.
“Mas Ben ….. makasih …. aku puas sekali Mas.” Mei Ling
berbisik sambil mendaratkan kecupan lembut di pipiku.
“Oh Ling … aku juga nikmat sekali,” aku balas kecupannya.
Malam itu kami bertiga terus menikmati manisnya madu birahi
sampai akhirnya kami tertidur kelelahan, entah jam berapa.
Aku terbangun karena suara gemercik air dari kamar mandi.
Aku lihat Lina dan Mei Ling sudah tak ada di sisiku. Mereka rupanya sedang
mandi berdua. Aku ambil arlojiku di meja kecil samping tempat tidur, jam 9
kurang sedikit. Aku jadi ingat kalau jam 11 nanti aku sdh harus ada di kantor
rekan bisnisku.
Aku segera bangkit dan bersamaan aku lihat Mei Ling dan
Lina berjalan beriringan keluar dari kamar mandi hanya memakai pakaian dalam.
Wajah mereka sudah segar dan ceria.
“Pagi Mas Ben … wah tidurnya nyenyak banget kayak bayi.”
sapa Mei Ling sambil tersenyum manis.
“Iya Mas … kayak bayi yg habis kerja lembur .. ha ha ha,” Lina tertawa renyah.
Aku belum sempat berkomentar apa² ketika mereka
masing² mendaratkan kecupan mesra di kedua pipiku.
“Mas Ben mandi dulu ya … katanya ada janji jam 11 … aku
sudah pesan sarapan … bubur ayam suka kan Mas?,” celetuk Mei Ling.
Aku mandi agak lama sambil berendam air hangat melepaskan
kepenatan badanku. Selesai mandi aku lihat mereka berdua sudah berpakaian
lengkap sedang berdandan di depan cermin di meja rias yg besar itu. Aku segera
berpakaian dan kami menyantap sarapan yg sudah siap di meja ruang tamu.
Selesai makan Lina berpamitan, “Lina jalan dulu ya Mas Ben
… udah ditungguin tante.”
“Lho kamu jadi pergi? Ntar malem udah balik kesini kan?”
“Ya jadi dong Mas, udah janji ama tante. Ntar malem ya nggak bisa balik, kan
Lina keluar kota, 3 hari baru balik.”
“Wah gimana dong?”
“Gimana apanya Mas? Kan ada Mei Ling yg nemenin Mas ntar malem.” Lina berkata
sambil melirik Mei Ling.
“Iya Mas .. aku bebas kok ntar malem, aku temenin deh .. mau kan?” Mei Ling
menimpali.
“Eh iya deh .. selamat jalan ya Lin … ati². Makasih atas segalanya.
Besok aku juga hrs balik ke Jkt, jadi nggak bisa ketemu deh.”
Aku segera memeluk dan menghadiahi Lina dgn ciuman yg
mesra. Lina menyambutnya dgn tak kalah mesranya.
“Ok Mas … Lina juga makasih … jangan lupa call Lina kalau
Mas kesini lagi … Ling .. aku duluan ya …. jaga Mas Ben baik² lho,”
kata Lina sambil tersenyum menggoda.
“Nggak usah kuatir Lin … aku pasti jagain Mas Ben … salam buat tante Yenni ya.”
Mei Ling mengecup pipi Lina sambil mengantarnya ke pintu.
Tinggal kami berdua di ruang tamu. Kami berbincang sejenak sambil berpelukan.
Aku lihat arloji, tak terasa sudah jam 10 lewat. Kami sempat berciuman beberapa
saat dan keluar kamar berdua. Mei Ling mengantarku ke kantor rekan bisnisku.
Kami atur untuk saling kontak via HP nanti sore karena aku tdk tahu sampai jam
berapa aku selesai dgn urusanku. Di sepanjang perjalanan aku sudah membayangkan
betapa indahnya semalam bersama Mei Ling.Tamat